Skip to main content

Ciri-Ciri Dan Jenis Pakaian Terbaik Untuk Shalat Pada Zaman Rasulullah

Fakta Islam - ketika hendak shalat kita harus memperhatika kesucian dan kerapian kita. Bukan hanya saat kita ingin pergi kekantor, kampus, sekolah, dll.

Tapi, Sebagai seorang muslim shalat adalah hal yang lebih penting dari segala urusan duniawi bahkan akhirat.

Karenanya hendaklah kita memakai pakaian terbaik kita untuk mendirikan shalat.

Sebagaimana dalam Firman Allah SWT , "Pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid." (al-A'raaf: 31).


1. Pentingnya memakai pakaian sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Salamah bin Akwa' meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,

"Hendaknya ia mengancingnya meskipun dengan duri."

Diterangkan pula mengenai orang yang shalat dengan pakaian yang dipergunakan untuk melakukan hubungan seksual (adalah diperbolehkan) asalkan dia melihat tidak ada kotoran di situ.

Nabi Muhammad saw memerintahkan agar seseorang tidak melakukan thawaf (mengelilingi Ka'bah) dengan telanjang.


2. Mengikatkan Kain pada Leher Pada Waktu Shalat

Abu Hazim berkata mengenai hadits yang diterima dari Sahl sebagai berikut:

"Para sahabat melakukan shalat bersama Nabi Muhammad saw. sambil mengikatkan sarung ke leher mereka."

Muhammad al-Munkadir berkata,

"Jabir shalat dengan mengenakan kain yang ia ikatkan di tengkuknya (dalam satu riwayat: kain yang ia selimutkan), sedangkan pakaiannya ia letakkan di atas gantungan. Setelah selesai, ada orang yang bertanya,

'Mengapa Anda melakukan shalat dengan mengenakan selembar kain saja [sedang pakaianAnda dilepas?'

Jabir menjawab,

'Aku melakukannya untuk memperlihatkannya kepada orang tolol seperti kamu, (aku melihat Nabi Muhammad saw melakukan shalat seperti ini).

Mana ada di antara kita yang mempunyai dua helai pakaian di masa Nabi Muhammad saw.?'"


3. Shalat dalam Selembar Pakaian dengan Cara Menyelimutkannya

Az-Zuhri berkata mengenai haditsnya,

"Orang yang menyelimutkan itu maksudnya ialah menyilangkan antara kedua ujung pakaiannya pada lehernya dan ini meliputi kedua pundaknya."

Ummu Hani' berkata,

"Nabi Muhammad saw menutupi tubuhnya dengan sehelai pakaian dan menyilangkan kedua ujungnya pada kedua pundaknya.'"

Umar bin Abu Salamah berkata bahwa dia pernah melihat Nabi Muhammad saw. shalat dengan mengenakan sehelai pakaian di rumah Ummu Salamah dan beliau menyilangkan kedua ujungnya pada kedua pundaknya.

Ummu Hani' binti Abi Thalib r.a. berkata,

"Aku pergi ke tempat Rasulullah saw. pada tahun dibebaskannya Mekah, lalu aku menemui beliau sedang mandi (di rumahnya) dan Fatimah menutupinya, lalu aku memberi salam kepada beliau.

Beliau bertanya, 'Siapa itu?' Aku menjawab, 'Aku, Ummu Hani' binti Abu Thalib.' Beliau berkata, 'Selamat datang, Ummu Hani'.'

Setelah selesai mandi (dan dari jalan Ibnu Abi Laila:

Tidak ada seorang pun yang menginformasikan kepada kami bahwa dia melihat Rasulullah saw melakukan shalat dhuha selain Ummu Hani' karena ia menyebutkan bahwa beliau) berdiri lalu shalat delapan rakaat dengan berselimut satu kain. Ketika beliau berpaling (salam/selesai), aku berkata,

'Wahai Rasulullah, putra ibuku (Ali bin Abi Thalib) menduga bahwa dia membunuh seseorang yang telah aku beri upah, yaitu Fulan bin Huraibah.'

Rasulullah saw bersabda,

'Kami telah memberi upah orang yang telah kamu beri upah, wahai Ummu Hani'.' Ummu Hani' berkata, 'Itulah pengorbanan.'"

Abu Hurairah berkata bahwa ada orang yang bertanya kepada Rasulullah saw tentang shalat dalam satu kain. Rasulullah saw bersabda,

"Apakah masing-masing dari kamu mempunyai dua kain?"


4. Apabila Seseorang Shalat dengan Mengenakan Selembar Pakaian, Hendaknya Mengikatkan Pada Lehernya

Abu Hurairah berkata,

"Rasulullah saw. bersabda, 'Salah seorang di antaramu janganlah shalat di dalam satu kain yang di bahunya tidak ada apa-apanya.'"

Abu Hurairah berkata,

"Aku bersaksi bahwasanya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Barangsiapa shalat dengan selembar kain, hendaklah ia mengikatkan antara kedua ujungnya.'"


5. Apabila Pakaian Sempit

Sa'id bin Harits berkata,

"Kami bertanya kepada Jabir bin Abdullah perihal shalat dengan mengenakan selembar pakaian, lalu Jabir berkata, 'Aku keluar bersama Nabi Muhammad saw dalam sebagian perjalanan beliau.

Pada suatu malam, aku datang karena suatu urusanku, maka aku mendapatkan beliau sedang shalat dan aku hanya memakai selembar kain, maka aku melipatnya dan aku shalat di samping beliau.

Setelah beliau selesai, beliau bersabda,

'Ada apakah engkau pergi malam-malam, hai Jabir?'

Aku lalu memberitahukan tentang keperluanku. Ketika aku selesai, beliau bertanya,'Lipatan apakah yang aku lihat ini?'

Aku menjawab, 'Kain, yakni sempit.'

Beliau bersabda, 'Jika luas, selimutkanlah, dan jika sempit, bersarunglah dengannya!'"

Sahl bin Sa'ad berkata,

"Orang-orang yang shalat bersama Nabi Muhammad saw mengikatkan kain mereka (karena sempit) pada tengkuk-tengkuk mereka seperti keadaan anak-anak.

Beliau bersabda kepada para wanita, 'Janganlah kamu mengangkat kepalamu sehingga orang-orang laki-laki benar-benar duduk.'"


6. Shalat dengan Mengenakan Jubah Buatan Syam

Al-Hasan berkata bahwa tidak apa apa shalat dengan mengenakan pakaian-pakaian yang ditenun oleh kaum Majusi (yakni para penyembah api).

Ma'mar berkata,

"Aku melihat az-Zuhri memakai pakaian Yaman yang dicelup dengan air kencing."

Ali shalat dengan pakaian baru yang belum dicuci.

Mughirah bin Syu'bah berkata,

"Aku bersama Nabi Muhammad saw. [pada suatu malam] dalam suatu perjalanan (dalam satu riwayat: dan aku tidak mengetahui melainkan dia berkata, 'dalam Perang Tabuk'),

(lalu beliau bertanya, 'Apakah engkau membawa air?' Aku jawab, 'Ya.' Beliau lalu turun dari kendaraannya), kemudian bersabda,

'Wahai Mughirah, ambillah bejana kecil (terbuat dari kulit)!'

Aku lalu mengambilnya. Rasulullah saw pergi sehingga beliau tertutup dariku (pada malam yang gelap gulita),

kemudian beliau menunaikan hajatnya (Beliau lalu datang dan aku temui beliau dengan aku bawakan air), dan beliau mengenakan jubah buatan negeri Syam (dari kulit/wol).

Beliau lalu mengeluarkan tangan dari lengannya, namun sempit, (maka beliau tidak dapat mengeluarkan kedua lengan beliau darinya).

Beliau lalu mengeluarkan tangan dari bawahnya dan aku menuangkan atasnya (bejana itu) (ketika beliau telah selesai menunaikan hajatnya).

Beliau lalu berwudhu seperti berwudhu untuk shalat, (maka beliau berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya kembali, membasuh mukanya) dan kedua tangannya (dalam satu riwayat: kedua lengannya),

kemudian beliau mengusap kepalanya, lalu aku menunduk untuk melepaskan khuf beliau, kemudian beliau bersabda, 'Biarkanlah, karena aku memasukkannya dalam keadaan suci,' dan beliau mengusap khuf (semacam sepatu) beliau kemudian shalat"


7. Tidak Disukai Telanjang Sewaktu Shalat dan Lainnya

Jabir bin Abdullah r.a. menceritakan bahwasanya Rasulullah saw. memindahkan batu Ka'bah bersama mereka dan beliau mengenakan kain (sarung).

Abbas, paman beliau, berkata kepada beliau,

"Wahai anak saudaraku, bagaimana kalau engkau lepaskan kain engkau dan engkau kenakan atas kedua bahu karena ada batu."

Jabir berkata,

"Beliau lalu melepaskannya dan mengenakannya di atas kedua bahu beliau. Beliau lalu jatuh pingsan. Sesudah itu, beliau tidak pernah telanjang. Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepada beliau dan memberikan keselamatan."


8. Shalat dengan Baju, Celana, Celana Tak Berkaki (Selongsongan), dan Pakaian Luar (Mantel dan Sebagainya)

Abu Hurairah berkata,

"Seorang laki-laki pergi ke tempat Nabi Muhammad saw., lalu bertanya kepada beliau mengenai shalat dengan mengenakan selembar pakaian saja. Beliau bersabda, 'Apakah masing-masing kamu mempunyai dua helai pakaian?'"

Bertanya pula seorang laki-laki kepada Umar ibnul Khaththab mengenai shalat dengan sehelai pakaian juga.

Umar berkata,

"Kalau Allah memberi kamu kelapangan (kekayaan), manfaatkanlah kelapangan itu dengan memakai pakaian secukupnya.

Shalatlah dengan memakai sarung dan baju, memakai sarung dan kemeja, celana dan mantel, celana agak pendek dan kemeja."

Aku kira beliau juga mengatakan,

"Boleh mengenakan kain di bawah lutut dan selendang."


9. Shalat Tanpa Mengenakan Selendang

(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir yang tersebut pada nomor 2 di atas.")


10. Mengenai Apa yang Disebutkan Perihal Paha

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Jarhad, dan Muhammad bin Jahsy bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,

"Paha itu adalah aurat."

Anas bin Malik berkata,

"Nabi Muhammad saw menyingkapkan (sarungnya) sehingga tampaklah pahanya."

Hadits Anas itu lebih kokoh sanadnya, namun hadits Jarhad (yang menyebutkan bahwa paha itu aurat) adalah lebih hati-hati, dapat mengeluarkan kita (kaum muslimin) dari perselisihan pendapat.

Abu Musa berkata,

"Nabi Muhammad saw. menutup pahanya sewaktu Utsman bin Affan masuk."

Zaid bin Tsabit berkata,

"Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya pada waktu pahanya di atas pahaku, lalu ia terasa begitu beratnya padaku sampai aku khawatir (paha beliau) akan meremukkan pahaku."


11. Berapa Ukuran Pakaian Seorang Perempuan dalam Shalat?

Ikrimah berkata,

"Apabila perempuan dapat menutup seluruh tubuhnya dengan selembar pakaian, itu sudah cukup."

Aisyah berkata,

"Rasulullah saw biasa melakukan shalat subuh (ketika hari masih gelap) dan orang-orang mukmin perempuan hadir bersama beliau, kepala mereka terselubung dalam kerudung,

kemudian mereka pulang ke rumah mereka masing-masing (ketika telah usai melakukan shalat), dan tidak seorang pun yang mengenal mereka karena masih gelap), atau sebagian mereka tidak mengenal sebagian yang lain,"


12. Apabila Seseorang Shalat dengan Pakaian yang Bergambar dan Melihat Gambar-Gambar Itu Sewaktu Shalat

Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw shalat pada kain hitam persegi empat yang mempunyai beberapa tanda (lukisan).

Beliau memandangnya sekilas. Ketika beliau selesai, beliau bersabda,

"Bawa pergilah kain-kainku (yang ada tanda-tandanya) ini kepada Abu Jahm (bin Hudzaifah bin Ghanim dari bani Adi bin Ka'ab) dan bawalah kepadaku kain tebal tanpa lukisan milik Abu Jahm karena kain yang berlukisan itu menjadikanku lengah dari shalatku tadi." (Dalam satu riwayat, "Aku disibukkan oleh lukisan-lukisan ini.")

(Dalam riwayat yang mu'allaq, "Aku melihat lukisannya ketika aku dalam shalat, dan aku takut terganggu olehnya.")


13. Apabila Seseorang Shalat dengan Pakaian yang Bergambar Salib atau Foto-Foto, Apakah Shalatnya Batal? Dan Apa yang Dilarang Darinya?

Anas bin Malik berkata,

"Aisyah mempunyai tirai (korden / penutup jendela) untuk menutupi sisi-sisi rumahnya, lalu Nabi saw bersabda (kepadanya),

"Singkirkanlah dariku tiraimu ini karena gambar-gambarnya tampak [kepadaku] di dalam shalatku."


14. Barang Siapa yang Shalat dengan Mengenakan Pakaian Oblong yang Terbuat dan Sutra Lalu Mencopotnya

Uqbah bin Amir berkata,

"Dihadiahkan baju kurung sutra kepada Nabi Muhammad saw., lalu beliau mengenakannya dan shalat dengan memakainya.

Beliau lalu berpaling dan melepaskannya dengan keras seperti orang yang benci kepadanya, lalu beliau bersabda, 'Ini (sutra) tidak layak bagi orang-orang yang bertakwa.'"


15. Shalat dengan Mengenakan Pakaian Berwarna Merah

Abu Juhaifah berkata,

"Aku melihat (dalam satu riwayat: Aku dibawa kepada) Rasulullah saw. (sedang beliau di saluran) dalam kubah merah dari kulit (pada waktu tengah hari),

dan aku melihat Bilal mengambil (dalam satu riwayat: keluar lalu azan untuk shalat, (lalu aku mengikuti gerakan mulutnya ke sana ke mari melakukan azan), kemudian dia masuk, lalu mengeluarkan sisa) air wudhu Rasulullah saw.,

dan aku melihat orang-orang bersegera terhadap air wudhu Rasul itu. Orang yang mendapatkan sedikit dari air itu, ia mengusapkannya pada dirinya, dan orang yang tidak mendapatkan sesuatu dari air itu, ia mengambil dari basah-basahan tangan temannya.

Aku melihat Bilal (masuk, lalu) mengambil (dalam satu riwayat: mengeluarkan) tongkat panjang dan di pancangkannya (di hadapan Rasulullah saw., dan beliau melakukan shalat).

Nabi Muhammad saw keluar dengan pakaian merah tersingsingkan, (seolah-olah aku melihat sinar betisnya, lalu beliau menancapkan tongkat itu,

kemudian melakukan shalat dengan orang-orang ke arah tongkat (yaitu shalat zhuhur dua rakaat dan ashar) dua rakaat, dan aku melihat manusia dan hewan (dalam satu riwayat: himar dan orang perempuan) melewati muka tongkat panjang itu.

[Dan orang-orang pun berdiri, lantas mereka pegang kedua tangan beliau dan mereka usapkan ke wajah mereka." Abu Juhaifah berkata,

"Aku lalu memegang tangan beliau dan aku letakkan di wajah aku, ternyata tangan beliau itu lebih dingin daripada salju dan lebih harum baunya daripada minyak wangi."

Abu Abdillah berkata,

"Al-Hasan menganggap tidak apa-apa bagi seseorang untuk shalat di atas salju dan jembatan meskipun kencing mengalir di bawahnya atau di atasnya atau di depannya, asalkan di sana terdapat sutrah (pembatas) antara orang tersebut dan kotoran itu."

Baca Juga: Cara mensucikan semua jenis najis.


Penulis&Artikel: Kataba Islam

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar