Skip to main content

Keajaiban Yang Terjadi Saat Rasulullah ﷺ Dan Para Sahabat Berperang Di Badar

Keajaiban di Perang Badar 

Fakta Islam - Berbagai keajaiban terjadi di Perang Badar. Ukasyah bin Muhshin bin Hartsan al-Asadi, sekutu Bani 'Abdu Syams bin Abdu Manaf, bertempur pada Perang Badar hingga pedang yang digenggamnya patah. Rasulullahﷺmenghampirinya dan mengganti pedangnya yang patah dengan sepotong ranting kayu. Beliau berpesan, "Bertempurlah dengan senjata ini, wa-Jullah hai Ukasyah!"

1. Ranting Kayu Menjadi Pedang

Rasulullah ﷺ menggerakkan ranting kayu itu dan tiba-tiba benda itu berubah menjadi sebilah pedang panjang, kuat, dan putih berkilau. Ukasyah pun bertempur dengan pedang mukjizat pemberian Rasulullah ﷺ , hingga kaum Muslim memperoleh kemenangan.

Menurut kabar, pedang tersebut diberi nama al-`Aun dan terus mendampingi "Ukasyah dalam setiap peperangan bersama Rasulullah ﷺ, hingga dia gugur di medan pertempuran memerangi kaum murtad.

2. Para Malaikat Ikut Berperang

Peristiwa mukjizat lainnya adalah para malaikat ikut terjun ke medan pertempuran. Bala tentara malaikat turun dari langit dengan mengenakan tanda di kepala dan berhenti di atas perbukitan pasir, lalu bergabung dengan kaum Muslim untuk memerangi tentara kafir.

Menurut satu pendapat, panglima para malaikat saat itu adalah Jibril, sedangkan panglima perang tentara Muslim adalah Muhammadﷺ. Abbas menuturkan, "Pada hari berkecamuknya Perang Badar, aku mendengar malaikat yang mengenakan serban berwarna putih berseru, "Majulah Haizam!" (Ibnu al-Atsir menerangkan dalam an-Nihayah bahwa Haizum adalah nama kuda malaikat Jibril).

Seorang tentara kafir memberikan persaksian, "Demi Tuhan, bukanlah manusia. Kami merasa ada yang yang memukul kami memukul, tetapi kami tidak tahu dari mana datangnya. Yang kami tahu, tiba-tiba ada kepala terpenggal dan terpisah dari badannya."

Persaksian tersebut menjadi bukti keikutsertaan bala tentara langit membela kaum Muslim dalam Perang Badar. Allah swt berfirman, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS. al- Anfal 8: 12).

Abu Zumail mengatakan bahwa 'Abdullah bin 'Abbas menuturkan kepadanya, "Seorang tentara Muslim terdesak oleh musuh. Tiba-tiba dia mendengar suara lecutan cambuk menggelegar di atas kepalanya, diiringi seruan seseorang yang menunggang kuda. "Majulah Haizum!" yang menyerangnya itu tiba-tiba terkapar. Dari dekat dia melihat hidungnya hancur dan mukanya terbelah seperti bekas luka cambukan.

Orang itu melaporkan peristiwa tersebut kepada Rasulullah ﷺ . Beliau berkata, "Engkau benar, itu adalah bala bantuan dari langit ketiga." (HR. Muslim).

Keikutsertaan para malaikat dengan memakai serban putih itu merupakan dukungan Allah swt terhadap kaum Muslim. Sebagian ulama mengatakan bahwa Jibril turun dengan membawa bala tentara, lalu mereka berpencar dan menyusup ke tengah barisan kaum Muslim. Berkat bantuan itu, orang-orang kafir dapat dikalahkan.

3. Melempar Jasad Pemuka Kaum Kafir Ke Dalam Sumur

Rasulullah ﷺ bersama pasukannya yang terdiri atas para sahabat dan malaikat telah menewaskan 70 tentara kafir. Jasad-jasad musuh yang terbunuh itu diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sumur mati dan tidak berair. Jasad-jasad itu dikumpulkan, lalu dimasukkan ke dalam sumur itu (ar Rahiq al-Makhthum).

Abu Thalhah meriwayatkan bahwa begitu Perang Badar selesai, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk melemparkan 24 jasad pemuka kaum kafir ke dalam sumur tua yang kotor di Badar. Setiap kali Rasulullah ﷺ menang perang atas suatu kaum, beliau akan tinggal selama tiga malam di tempat itu.

Pascaperang Badar, Rasulullah ﷺ memerintahkan kafilah untuk mempersiapkan kendaraan pada hari ketiga. Rasulullah ﷺ tampak berjalan kaki diikuti oleh para sabahat menuju sumur yang berisi jasad-jasad musuh.

Ketika berdiri di pinggir sumur, beliau memanggil nama mereka dan nama bapak-bapak mereka. "Wahai Fulan bin Fulan..., wahai Fulan bin Fulan... Tidakkah kamu semua akan bersukacita jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya?"

Lalu Rasulullah ﷺ melanjutkan ucapannya. "Sungguh, kami dapati bahwa apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar adanya. Tidakkah kalian dapati pula bahwa apa yang dijanjikan Tuhan kepada kalian itu benar adanya?"

'Umar bin al-Khaththab heran dengan kelakuan Rasulullah ﷺ . "Wahai Rasulullah ﷺ, mengapa engkau berbicara pada jasad yang tidak bernyawa?" "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya. Kalian tidak lebih mendengar apa yang aku katakan daripada mereka!" kata Rasulullah ﷺ .

Keajaiban lain terjadi saat Rasulullah ﷺ berdialog dengan Abu Hudzaifah. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, Nabi bersabda, "Sesungguhnya aku tahu ada beberapa orang Bani Hasyim dan lainnya ikut Perang Badar dengan dipaksa. Mereka merasa tak perlu memerangi kita. Karena itu, jika ada yang bertemu Abu al-Bakhtari bin Hisyam dan 'Abbas bin al-Muthallib, jangan membunuh mereka."

Abu Hudzaifah mendengar itu, kemudian ia berkata, "Wahai Rasulullah ﷺ, kami boleh membunuh bapak kami, anak, saudara, dan kerabat kami. Namun, mengapa kami tak boleh membunuh Abbas?

Demi Allah, andaikata aku bertemu dengannya, pasti aku akan menebasnya dengan pedang."

Mendengar perkataan itu, Rasulullah ﷺ lalu bertanya kepada Umar bin Khaththab. "Wahai Umar, layakkah apabila paman Rasul Allah ditebas pedang?"

"Wahai Rasulullah, beri kesempatan padaku untuk membabat lehernya dengan pedang. Demi Allah, dia telah berbuat munafik," jawab 'Umar.

Abu Hudzaifah segera bereaksi usai mendengar itu. la merespons apa yang diucapkan 'Umar bin Khaththab. "Aku merasa tak aman dengan kata-kata yang pernah kuucapkan. Aku selalu dihantui perasaan takut kecuali jika aku bisa menebusnya dengan mati syahid," harap Abu Hudzaifah.

Harapan Abu Hudzaifah akhirnya terkabul. Beberapa waktu kemudian, ketika ia ikut dalam Perang Yamamah, Abu Hudzaifah gugur sebagai syahid (ar-Rahiq al-Makhthum).

4. 70 Tawanan Perang Badar

Rasulullah ﷺ mendatangi 70 tawanan Perang Badar dan memerintahkan agar mereka diikat dan digiring. Beliau berdiri di hadapan para tawanan itu sambil berkata, "Seandainya Muth'im bin Adi masih hidup, kemudian dia berkata kepadaku tentang para tawanan kafir dalam Perang Badar, niscaya aku akan ikuti perkataannya." (HR. Bukhari).

Muth'im bin 'Adi adalah pembesar Quraisy yang memberikan jaminan keamanan pada Nabi saat masih di Makkah. Jaminan itu membuat Rasulullah ﷺ bisa berthawaf. Sayang, Muth'im mati dalam keadaan musyrik.

Kemudian rombongan pasukan Muslim berangkat. Pada malam hari, Rasulullah ﷺ mendengar suara rintihan kesakitan yang berasal dari pamannya, Abbas. Pasukan Muslim mengikat erat dua tangan "Abbas hingga ke leher.

Rasulullah ﷺ bersikap bijaksana. Beliau tidak melepaskan ikatan pamannya, mengingat yang ditawan pada saat itu bukan hanya Abbas.

Pada pagi hari Nabiﷺ bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sepanjang malam aku tidak bisa tidur karena suara rintihan pamanku, Abbas." Para sahabat lalu melepaskan belenggu yang mengikat tubuh 'Abbas. Mereka berkata, "Jika saja engkau berkehendak, kami akan mengampuni dan membebaskannya."

Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jangan kalian lepaskan, jangan kalian beri ampunan, dan jangan engkau bebaskan dia dari tebusan meskipun hanya satu dirham!"

Kaum kafir Quraisy menderita keka- lahan besar. Kekuatan mereka hancur lebur dan binasa. Umayyah bin Khalaf, pembesar kaum kafir yang pernah menyiksa Bilal di atas padang pasir Makkah yang panas, ikut serta dalam barisan tentara Quraisy, bersama anaknya, Ali.

Umayyah adalah sahabat karib Abdurrahman bin Auf di masa jahiliyah. Dia berkata kepada "Abdurrahman, "Selamatkan diriku hari ini, engkau adalah sahabatku di zaman jahiliyah!" "Mendekatlah!" jawab Abdurrahman yang hendak membebaskan Umayyah.

"Wahai semua orang, ini adalah Umayyah bin Khalaf dan anaknya, Ali. Dia teman karibku di masa jahiliyah dan mitra dagangku. Aku tidak mengizinkan seorang pun mengganggunya!" Terdorong rasa hormat pada 'Abdurrahman bin Auf, kaum Muhajirin dan Anshar menjawab, "Kami dengar dan taati!"

Tiba-tiba dari barisan belakang, Bilal bin Rabah berseru keras, "Musuh Allah, Umayyah bin Khalaf! Jika engkau selamat, akulah yang celaka!" Mendengar seruan Bilal, para sahabat lainnya tergerak untuk mendekati Umayyah.

Abdurrahman bin Auf menindih tubuh Umayyah untuk melindunginya. "Demi Allah, mereka telah membunuhnya. Mereka menusukkan pedang dari bawah kakiku dan membantainya, kemudian mereka merebut Ali dan membantainya," kata Abdurrahman.

Menurut Abdurrahman bin 'Auf, 'Ali" adalah anak Umayyah, yang sebelumnya ia tinggalkan untuk mengalihkan perhatian Bilal dan para sahabat saat hendak mengejar Umayyah. Akhirnya, Ali dibunuh dan Bilal serta para sahabat tetap tak melepaskan Umayyah.

5. Al-Harits Masuk Islam Dan Wafat

Al-Harits, saudara Abu Jahal, lelaki pemberani, orator Arab terkemuka, melarikan diri dengan menunggang unta. Sikap pengecut al-Harits mengundang Hassan bin. Tsabit untuk menyerangnya dengan bait-bait syair.

Kelak, setelah al-Harits masuk Islam, setiap kali teringat syair Hassan, diamenangis dan berkata, "Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh syair Hassan itu membuatku menderita melebihi penderitaanku saat kami kalah dalam Perang Badar."

Begitu ampuhnya kekuatan syair Hassan, sampai-sampai Rasulullah ﷺ berkata, "Seranglah mereka, Jibril menguatkanmu. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh syair-syairmu itu lebih dahsyat bagi mereka daripada bola-bola api." (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah ﷺ acap kali memberi kesempatan kepada Hassan untuk berbicara. Ini mengindikasikan bahwa pernyataan yang tegas, pemikiran yang tercerahkan, dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam kondisi tertentu memiliki dampak yang lebih dahsyat daripada senjata pemusnah.

Al-Harits akhirnya masuk Islam dan menjadi Muslim yang baik. Dia ikut serta dalam pertempuran Yarmuk. Itu dia lakukan agar dapat menghapus dosa-dosanya dalam Perang Badar. Dia bertempur melawan musuh hingga gugur.

Saat al-Harits menghadapi sakratulmaut, panglima tentara Muslim, Khalid bin Walid, menyuguhkan secawan air kepadanya. Dia menolak karena dua orang mujahid lainnya pada saat yang bersamaan sedang menghadapi keadaan sama.

Mereka adalah Ikrimah dan putranya. Cawan itu diberikan kepada Ikrimah, tapi dia pun enggan meminumnya. Cawan itu akhirnya diberikan kepada putra 'Ikrimah. Pemuda itu pun enggan meminumnya dan berkata, "Tidak, biarkan pamanku al-Harits yang meminumnya." Cawan itu dikembalikan kepada al-Harits, tapi dia tetap tidak bersedia minum. Dia berkata, "Tidak, biarkan Ikrimah yang minum."

Ketiga pejuang Muslim itu pun wafat, ketiganya sama-sama tidak meminum air itu. Mereka gugur sebagai syuhada di sisi Allah.

Di antara sosok pahlawan Perang Badar yang menggambarkan kegigihan perjuangan para sahabat adalah Umair bin al-Hamam. Menjelang pecahnya perang, Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan para sahabat, "Wahai manusia, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada batas yang memisahkan diri kalian dengan surga, selain kalian menghadapi mereka, lalu mereka memukul leher kalian dan kalian memukul leher mereka."

Ketika itu "Umair bin al-Hamam, si pemberani dari Anshar, sedang makan beberapa butir kurma.

"Wahai Rasulullah ﷺ, yang memisahkan kami dengan surga hanyalah apabila kami dibunuh oleh mereka?" tanya Umair.

"Yang memisahkan kalian dengan surga hanyalah apabila kalian dibunuh oleh mereka," tegas Rasulullah ﷺ .

"Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, terlalu lama jika aku harus menunggu kurma ini habis kumakan," ujar "Umair bin al-Hamam sambil membuang kurma yang berada di tangannya. Betapa indah kalimat itu! Dia pergi ke tengah medan tempur, berjuang, dan akhirnya gugur sebagai syahid.

Ini sebagai ungkapan kesedihan atas kematian anak-anaknya.

Setelah menggapai kemenangan, Rasulullah mengutus Abdullah bin Rawahah untuk menyampaikan kabar gembira kepada penduduk Aliyah dan mengutus Zaid bin Haritsah kepada penduduk Safilah.

Orang-orang Yahudi telah menyebarkan kabar bohong tentang Perang Badar di Madinah. Ketika kabar kemenangan tiba, luapan kegembiraan menyelimuti Madinah. Kumandang takbir dan tahlil menggema di mana-mana. Para pemimpin Madinah menuju Badar untuk mengucapkan selamat pada Rasulullah ﷺ.

Baca Juga: Kisah Perang Badar, Latar Belakang, Dampak, Dan Hikmahnya disini.


Penulis&Artikel: faktaislam.com

Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk.

Kol: MagfiraPustaka

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar