Skip to main content

Kisah Ummu Jamil Menyimpan Kotoran Dan duri Di Rumah Rasulullah ﷺ

Kotoran Dan duri Di Rumah Rasulullah ﷺ

A. Menghalangi Belajar Al-Qur'an

Orang-orang musyrik juga menghalangi manusia untuk tidak dapat mendengarkan dan mengkaji al-Qur'an.

Mereka mengusir orang-orang yang mau mendengarkan al-Qur an. Mereka bernyanyi-nyanyi jika melihat Rasulullah ﷺ shalat atau membaca al-Qur'an di depan Ka'bah.

Dan orang-orang yang kafir berkata,

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَسْمَعُوْا لِهٰذَا الْقُرْاٰنِ وَالْغَوْا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُوْنَ

"Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS. Fushshilat 41: 26)

Intimidasi ini terus dilakukan hingga Rasulullah saw tidak dapat membaca al-Qur'an di tengah-tengah mereka, kecuali pada akhir tahun kelima masa kenabian.

Itu pun beliau lakukan secara spontan, tanpa mereka sadari.

Kemudian, untuk melawan firman-firman Allah yang dibacakan, kaum Quraisy merancang strategi khusus dengan mengumpulkan kisah-kisah masa lalu sebaeai tandingan.

Mereka mengutus Nadhar bin Harits ke Hirah. Di sana ia belajar cerita tentang raja-raja Persia, Rustum, dan Asvandiar.

Bila Rasulullah ﷺ usai berwasiar dan mengingatkan manusia akan Hari Pembalasan,

Nadhar berbicara kepada orang-orang,

"Demi Allah! Ucapan Muhammad itu tidaklah lebih baik daripada ucapanku ini."

Dia lalu mengisahkan kepada mereka cerita raja-raja Persia, Rustum, dan Asvandiar.

Setelah itu, dia mengoceh,

"Kalau begitu, bagaimana bisa ucapan Muhammad itu lebih bagus daripada ucapanku ini?" (bnu Hisyam)

Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu "Abbås disebutkan bahwa Nadhar membeli seorang budak mendengar ada seseorang yang tertarik dengan Islam, dia segera membawa orang itu kepada budak perempuannya.

Lalu dia berkata kepada budak perempuannya.

"Beri dia makan, minum, dan penuhi perempuan. Setiap dia kebutuhannya! Ini adalah lebih baik daripada apa yang diajak oleh Muhammad kepadamu."

Allah lalu menurunkan firman-Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْتَرِيْ لَهْوَ الْحَدِيْثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍۖ وَّيَتَّخِذَهَا هُزُوًاۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman 31: 6)


B. Kotoran Dan Duri Di Rumah Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ tampak bersiap keluar rumah. Hari itu, Nabi ﷺ akan pergi ke Ka'bah, bertemu dengan Abu Bakar.

Setelah pamit dengan Khadijah, Rasulullah saw bergegas menuju pintu rumah. Wajahnya terkejut sesaat setelah pintu terkuak.

Tepat di depan rumahnya, berserakan kotoran dan duri. Beliau tidak marah. Manusia pilihan itu tidak mengeluh dan berteriak memaki-maki.

Dengan lembut, Muhammad ﷺ berkata,

"Bagaimana perlakuan tetangga ini ?"

Siapakah pelaku perbuatan tak pantas itu? ia adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab.

la menjadi salah satu orang yang tak kenal lelah meneror Rasulullah ﷺ.

Pernah, suatu saat ia mencari Rasulullah ﷺ dengan membawa batu besar di tangannya setelah mendengar ada ayat-ayat al-Qur'an yang mengisahkan tentang dirinya dan suaminya.

"Di mana Muhammad? Di mana Muhammad?" teriaknya kepada setiap orang yang ditemui sepanjang jalan.

"Muhammad ada di Ka'bah bersama Abu Bakar," kata seseorang kepada Ummu Jamil.

la segera mengayunkan langkah menuju Ka'bah. Sorot matanya tajam. Bara api amarah begitu menggelora di dalam jiwanya.

Saat tiba di Ka'bah, ia bertemu dengan Abu Bakar.

"Di mana sahabatmu itu?" kata Ummu Jamil dengan napas terengah-engah.

Abu Bakar heran mendengar pertanyaan itu. Apa yang terjadi pada diri orang ini, pikir Abu Bakar.

Tidakkah wanita ini melihat bahwa Nabi ﷺ jelas-jelas sedang duduk di samping dirinya.

Belum sempat Abu Bakar menjawab, Ummu Jamil lantas berkata,

"Dia membuat syair tentangku, aku pun bisa membuat syair tentangnya."

Yang tercela, kami menentangnya.

Perintahnya, kami abaikan. Agamanya, kami benci.. Syair itu membuat orang Quraisy memanggil Nabi ﷺ dengan sebutan "yang tercela".

Para sahabat Nabi ﷺ sangat malu, tetapi beliau menenangkan mereka.

"Biarkanlah. Karena sesungguhnya yang mereka caci adalah yang tercela, sedangkan aku adalah Muhammad (Yang terpuji)."

Setelah Ummu Jamil berlalu, Abu Bakar bertanya,

"Wahai Rasulullah, engkau melihat bahwa dia tidak dapat melihatmu?"

"Dia tidak dapat melihatku. Allah telah membutakan pandangannya," jawab Rasulullah ﷺ.


Baca Juga: Kisah Bilal Bin Rabbah Dan Sahabat Dianiaya


Penulis&Artikel: faktaislam.com

Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk.

Kol: MagfiraPustaka

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar