Skip to main content

Kisah Kaum Quraisy Yang Menyebabkan Turunnya Surah Al-Kafirun

Penyebabkan Turunnya Surah Al-Kafirun

Kataba Islam - Berbagai upaya tak henti dilakukan oleh kaum Quraisy agar Rasulullah ﷺ menghentikan dakwahnya.

Hasilnya, mereka mengirim utusan untuk membujuk Rasulullah ﷺ dengan mengajukan sebuah tawaran menarik.

Akan tetapi, Muhammad ﷺ tetap bergeming.

"Aku tidak ada urusan dengan apa yang kalian katakan. Apa yang aku bawa bukan untuk meminta harta dan kekuasaan kalian," ujar Nabi ﷺ.

"Allah telah mengutusku sebagai Rasul, Dia menurunkan Kitab kepadaku, dan memerintahkanku untuk menjadi orang yang memberikan kabar gembira dan kabar tentang ancaman," nabi Muhammad ﷺ melanjutkan perkataannya.

"Aku sampaikan risalah Rabbku dan aku memberikan nasihat kepada kalian. Jika kalian menerima, kalian akan beruntung dunia dan akhirat.

Jika tidak, aku akan bersabar hingga Allah yang memutuskan perkaraku dengan kalian," tegas Rasulullah ﷺ.

Utusan Quraisy tersebut pantang menyerah. la lalu meminta Nabi ﷺ berdoa agar Allah membuat gunung-gunung bergeser, membentangkan negeri-negeri untuk mereka, mengalirkan sungai-sungai, serta menghidupkan orang-orang yang telah mati, khususnya Qushai bin Kilab.

"Jika itu mampu engkau lakukan, mereka akan beriman," kata utusan tersebut.

Namun, Rasulullah ﷺ tetap menjawab sama.

Utusan Quraisy itu lalu meminta Nabi ﷺ untuk mengutus seorang membenarkan ajarannya.

Selain itu, sang malaikat juga diminta untuk membuatkan taman-taman, harta terpendam, serta istana yang terbuat dari emas dan perak untuk utusan Quraisy tersebut.

"Kami akan beriman jika itu dapat engkau lakukan," ujar utusan itu lagi.

Jawaban malaikat yang Rasulullah ﷺ tidak berubah.

Utusan Quraisy itu tak mau menyerah.

Mereka lalu meminta kepada Nabi sﷺ agar Rabbnya mendatangkan suatu azab, yaitu menjatuhkan langit agar mereka hancur berkeping-keping.

"Hal itu semua adalah kehendak Allah. Jika Dia berkehendak, Dia akan menjatuhkannya," jawab Rasulullah ﷺ.

"Apakah Tuhanmu memberitahukan kepadamu bahwa kami akan duduk bersamamu, lalu kami meminta dan menuntutmu hingga Dia memberitahukan kepadamu apa yang kami minta, dan apa yang akan Dia perbuat jika kami menolak!"

Utusan Quraisy itu mulai hilang kesabaran.

Mereka pun mulai mengancam Nabi ﷺ.

"Ketahuilah, demi Allah! Kami tidak akan membiarkanmu dan apa yang kamu lakukan terhadap kami hingga kami membinasakanmu atau kamu membinasakan kami."

Mendengar itu, Rasulullah ﷺ bangkit dari duduknya dan pulang ke rumahnya. (Ibnu Hisyam, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abu Harim (ad-Dur al-Mantsur).


A. Menolak Tawaran Kaum Quraisy

Bujuk rayu tak juga berhasil. Akbhirnya Abu Jahal dan kawan kawan menawarkan jalan tengah kepada Nabi ﷺ.

Mereka akan meninggalkan apa yang selama ini mereka pertahankan, tapi hal serupa juga harus dilakukan Rasulullah ﷺ.

Tawaran itu disampaikan Aswad bin al Muthallib bin Asad bin 'Abdul Uzza, al-Walid bin al-Mughirah. Umayyah bin Khalaf, serta al-'Ash bin Wa'il as-Sahmi, saat Muhammad ﷺ sedang thawaf di Ka'bah.

"Wahai Muhammad! Biarkanlah kami menyembah apa yang engkau sembah dan engkau juga menyembah apa yang kami sembah schingga kami dan engkau dapat bekerja sama dalam menjalankan urusan ini," ujar mereka.

"Jika yang engkau sembah itu lebih baik daripada apa yang kami sembah, berarti kami telah mengambil bagian kami darinya.

Demikian pula jika apa yang kami sembah lebih baik daripada apa yang engkau sembah, berarti englkau telah mendapatkan bagianmu darinya," lanjut mereka.

Tawaran mereka dijawab oleh Allah melalui wahyu berikut.

Katakanlah! Hai orang-orang yang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuban yang aku sembah.

Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. (QS, al-Kafirun 109: 1-6)


B. Menghubungi Orang-orang Yahudi

Kaum Quraisy kian bingung.

Mereka tak tahu harus dengan cara apalagi menghambat laju dakwah Muhammad sa

Jalan terasa gelap. Sampai-sampai salah satu dari mereka, Nadlar bin al-Härits memberi nasihat. "Wahai kaum Quraisy! Demi Allah. sungguh urusan yang kalian hadapi saat ini tak ada lagi jalan keluarnya.

Ketika masih kecil, Muhammad adalah orang yang paling kalian ridhai, paling kalian benarkan ucapannya,

paling kalian agungkan amanarnya, hingga akhirnya sekarang kalian melihat uban tumbuh di kedua alisnya dan membawa apa yang dibawanya kepada kalian," Nadlar bin al-Harits memulai nasihatnya.

"Kalian pernah mengatakan bahwa dia adalah tukang sihir. Demi Allah, dia bukanlah seorang tukang sihir.

Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka, sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis nafis (embusan) pada ugad (buhul-buhul) mereka," kata Nadlar.

"Lalu, kalian katakan dia adalah scorang dukun. Demi Allah, dia bukanlah seorang dukun.

Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun, sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantra-mantra) para dukun," Nadlar melanjutkan.

"Lalu, kalian katakan lagi bahwa dia adalah scorang penyair.

Demi Allah, dia bu- kan seorang penyair. Kira telah mengenal semua bentuk syair-najaz, hazaj, qaridh, magbudh, dan mabsuth sedangkan yang dikatakannya bukanlah syair," tambah Nadlar lagi.

"Terakhir. kalian katakan bahwa dia gila.

Demi Allah, dia bukan seorang yang gila. Kita telah mengerahui hakikat gila dan telah mengenalnya, sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori tertawa terbahak-bahak, kerasukan, ataupun waswas sebagaimana orang gila," kata Nadlar.

"Wahai kaum Quraisy! Perhatikanlah urusan kalian, demi Allah, sesungguhnya kalian telah menghadapi masalah yang besar," Nadlar mengakhiti nasihatnya.

Perkataan Nadlar membuat para pembesar Quraisy tertegun.

Selang beberapa lama, mereka memutuskan untuk mengirim Nadlar bin al-Harits dan beberapa orang lainnya menghubungi orang-orang Yahudi di Madinah.

Mereka ditugaskan untuk menanyakan kelanjutan rencana jahat terhadap Muhammad saw.

Setibanya di Madinah, Nadlar dan kawan-kawan diberikan tiga pertanyaan oleh rahib Yahudi untuk ditanyakan kepada nabi Muhammad saw.

"Jika Muhammad mampu menjawab tiga pertanyaan ini, dia sesungguhnya memang Nabi yang diutus," ujar rahib. "

Pertanyaan pertama,"kata rahib,"

Siapa sekelompok pemuda yang telah meninggal pada masa lampau dan bagaimana kisah mereka?

Karena sesungguhnya cerita tentang mereka amatlah mengagumkan." "Kedua, tanyakan padanya tentang seorang lelaki pengembara yang menjelajahi dunia hingga ke belahan Timur bumi dan belahan Baratnya, bagaimana kisahnya?" lanjut rahib Yahudi.

"Terakhir, tanyakan kepadanya tentang apa itu ruh."

Nadlar segera pulang ke Makkah dengan membawa tiga pertanyaan yang diberikan rahib Yahudi.

Setibanya di Makkah, ia sampaikan ketiga pertanyaan itu kepada para pembesar Quraisy. Kemudian, pemimpin Quraisy segera menemui Rasulullah saw untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Rasulullah saw mampu menjawab tiga pertanyaan yang diajukan pembesar Quraisy.

Pertama, Allah menurunkan wahyunya berupa súrah al-Kahfi yang di dalamnya terdapat kisah sekelompok pemuda tersebut, yaitu Ashbabul Kahfi.

Kedua, kisah scorang lelaki pengembara, yaitu Dzul Qarnain.

Ketiga, turunlah jawaban tentang ruh yang terdapat di dalam surah al-Isra

Jawaban im membuat pembesar Quraisy tercengang.

Namun, apa yang terjadi? Mereka tetapap tak mengakui bahwa Muhammad saw alalah seorang nabi pembawa risalah kebenaran.

Mereka mau mengakui kerasulan Muhammad saw dan tetap dalam kekuturan. (lbnu Hisyam).

Baca Juga: Keistimewaan Mesjid Nabawi


Penulis&Artikel: faktaislam.com

Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk.

Kol: MagfiraPustaka

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar