Skip to main content

Dibalik Kisah Nabi Muhammad ﷺ Disebut Orang Gila

Nabi Muhammad ﷺ Disebut Orang Gila

Fakta Islam - Dakwah Islam yang mulai terbuka membuat cemas kaum Quraisy. Mereka tak menduga Rasulullah ﷺ kian banyak mendapat pengikut.

Setiap hari, jumlahnya semakin bertambah. Jika ini dibiarkan, maka akan sangat mengancam keberadaan kaum Quraisy.

Rasa cemas mereka kian menjadi-jadi karena Rasulullah ﷺ dilindungi oleh Abu Thalib.

Hingga akhirnya lahir ide untuk berunding dengan Abu Thalib agar dakwah Islam dihentikan.

Suatu hari, sekelompok bangsawan Quraisy menghadap Abu Thalib. Dialog pun terjadi.

"Wahai Abu Thalib! Keponakanmu sungguh telah mencaci tuhan-tuhan kita, mencela agama kita, membuyarkan impian kita, dan menganggap sesat nenek moyang kita," kata para pemimpin Quraisy.

"Oleh sebab itu," lanjut mereka,

"Engkau hanya punya dua pilihan: mencegahnya atau membiarkan kami dan dia menyelesaikan urusan ini.

Kondisimu sama dengan kami, tak sependapat dengannya. Karenanya, kami berharap dapat mengandalkanmu untuk menaklukkannya."

Abu Thalib kemudian berkata kepada mereka dengan tutur kata lembut, halus, dan sopan.

Setelah itu, mereka akhirnya undur diri. Sementara Rasulullah ﷺ tetap melaksanakan kegiatannya seperti biasa, menyebarkan agama Allah dan mengajak manusia kepada-Nya. (Ibnu Hisyam).

Setelah khutbah Rasulullah ﷺ di atas Bukit Shafa dan kegagalan membujuk Abu Thalib telah membuat gusar kaum Quraisy.

Mereka makin resah karena banyak penduduk Makkah yang terpengaruh.

Kerisauan mereka kian bertambah menjelang datangnya musim haji. Delegasi dari negeri-negeri 'Arab akan datang ke Makkah.

Oleh sebat itu, mereka merasa perlu membuat perjanjian kepada semua delegasi dari Jazirah 'Arab perihal Muhammad, agar dakwahnya tidak memengaruhi mereka.

Rumah Walid bin Mughirah menjadi awal dari hari-hari yang penuh duri di dalam kehidupan Muhammad ﷺ.

Di rumah itu diadakan pertemuan. Tamu yang datang adalah para pembesar.

Agendanya adalah membicarakan suatu pernyataan yang tepat dan disepakati untuk disampaikan kepada jamaah haji guna menghambat dakwah nabi Muhammad ﷺ.

Walid, sang tuan rumah, membuka pertemuan.

"Satukan pendapat mengenai Muhammad, dan jangan berselisih yang membuat sebagian kalian mendustakan pendapat yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat sebagian yang lain."

"Ceritakan pendapatmu yang dapat kami jadikan acuan!" kata mereka yang ikut rapat.

"Justru kalian yang harus mengemukakan pendapat kalian, biar aku mendengarnya terlebih dulu," ujar Walid.

"Kita katakan, Muhammad adalah seorang dukun, jawab para pembesar Quraisy.

"Tidak!" kata Walid tidak setuju.

"Demi Allah, dia bukanlah seorang dukun. Kita tahu apa yang dibaca dan bagaimana kondisi seorang dukun.

Namun, apa yang dikatakan Muhammad tidak sama seperti komat-kamit ataupun mantra para dukun."

Para tamu terdiam. Sejenak kemudian mereka kembali bersuara.

"Kita katakan saja, dia (Muhammad) orang gila."

Walid lagi-lagi tidak sependapat.

"Tidak! Demi Allah! Dia bukan orang gila. Kita mengetahui apa itu gila dan telah mengenal ciri-cirinya, sedangkan apa yang dikatakan oleh Muhammad tidak termasuk tanda-tanda gila."

"Kalau begitu, kita katakan saja dia adalah seorang penyair," usul para pembesar Quraisy.

"Dia bukan seorang penyair. Kita telah mengenal semua bentuk syair: rajaz, hazaj, qaridh, maqbudh, dan mabsuth, sedangkan yang dikatakannya bukanlah syair," jawab Walid.

Para tamu yang hadir bingung. Apalagi yang harus diucapkan untuk menghina Muhammad.

"Kalau begitu, dia adalah tukang sihir." Walid menjawab, "Dia bukan tukang sihir. Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka, sedangkan yang Muhammad katakan bukan jenis nafis (embusan) padangan (buhul-buhul) tukang sihir."

"Kalau begitu, apa yang harus kita katakan?" tanya mereka penuh kebingungan.

"Demi Allah! Ucapan yang Muhammad katakan itu sangat manis, dan punya daya magis karena indahnya.

Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon rindang.

Kalian tidak akan merangkai sesuatu pun yang mirip dengannya melainkan akan diketahui celanya.

Sesungguhnya, pendapat yang lebih cocok mengenai Muhammad adalah dengan mengatakan bahwa dia adalah tukang sihir yang mengarang mantra yang dapat memisahkan seseorang dari bapaknya, saudaranya, dan pasangannya," jawab Walid. (Ibnu Hisyam).

Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat Walid menolak usulan yang dilontarkan kaumnya, lalu mereka berkata kepada Walid.

"Kalau begitu, sampaikan pendapat engkau yang tak dapat kami bantah lagi."

"Beri aku waktu sebentar untuk memikirkannya," Walid.

Dia lalu memutar otaknya untuk mencari julukan yang tepat untuk Muhammad, hingga akhirnya muncul sebutan sebagai tukang sihir. (Fi Zhilalil-Qur'an) Usul Walid disepakati para pembesar Quraisy.

Aksi jahat mereka segera dilakukan.

Saat musim haji tiba, mereka duduk di jalan-jalan yang dilewati para jamaah haji dan delegasi dari penjuru negeri Arab.

Kepada setiap orang yang melintas, mereka memfitnah Rasulullah ﷺ. (Ibnu Hisyam) "Muhammad tukang sihir!"

"Muhammad pengarang mantra!"

"Muhammad pendusta!"

"Muhammad gila!"

Mereka terus menghina dan memfitnah Nabi ﷺ. Kata-kata mereka kasar dan menyakitkan.

Rasulullah ﷺ tidak mundur, meski selangkah, walau ia disebut gila. Nabi saw justru kian giat berdakwah.

Rasulullah ﷺ membuntuti setiap orang yang datang dan lewat di hadapannya sampai ke rumah mereka.

Beliau melakukan itu di pasar Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz, mengajak mereka ke jalan Allah.

Apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ tidak lepas dari pantauan Abu Lahab.

Kemana Muhammad ﷺ melangkah, maka akan selalu ada Abu Lahab di dekatnya.

Setiap kali Nabi ﷺ mengajak orang untuk mengikuti ajaran Islam, Abu Lahab langsung memotongnya.

"Jangan kalian taati dia, karena dia adalah seorang yang mengikuti syariat nabi-nabi terdahulu, atau penyembah bintang atau dewa-dewa, dia adalah seorang pendusta."

Abu Lahab tidak saja mendustakan Rasulullah ﷺ, tapi dia juga melempari beliau dengan batu hingga kedua tumit Nabi ﷺ berdarah. (Kanzul Ummal).

Begitulah perlakuan Abu Lahab terhadap Rasulullah saw, padahal dia paman beliau rumahnya berdampingan dengan rumah Rasulullah saw.

Ibnu Ishaq berkata,

"Mereka yang selalu mengganggu Rasulullah saat beliau berada di rumah adalah Abu Lahab, Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abi Muith, Adi bin Hamra' ats-Tsaqefi, dan Ibnu Ashda al-Hazali. Semuanya adalah tetangga-tetangga beliau, tupi tidak seorang pun diantar mereka yang masuk Islam, kecuali Hakam bin Abi al-Ash, (Mustadrak, Hakim)

Baca Juga: Kisah Abu Jahal Hampir Membunuh Rasulullah ﷺ


Penulis&Artikel: faktaislam.com

Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk.

Kol: MagfiraPustaka

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar