Rasulullah ﷺ Dianiaya di Mekkah Setelah Sebagian Umat Muslim Hijrah Ke Habasyah
Rasulullah ﷺ Dianiaya di Mekkah
A. Para tokoh Quraisy kembali mendatangi Abu Thalib
"Wahai Abu Thalib! Kami menghargai usia kebangsawanan, dan kedudukanmu. Kami juga telah memintamu untuk menghentikan kegiatan kemenakanmu itu, tapi engkau tidak melakukannya.
Demi Allah! Kami tak mampu bersabar atas perbuatan mencela nenek moyang kami, membuyarkan impian kami , dan mencemooh tuhan-tuhan kami, hingga engkau mencegahnya sendiri atau kami yang akan membuat perhitungan dengannya dan denganmu sekaligus.
Setelah itu, kita akan melihat siapa di antara kita yang akan binasa."
Ancaman keras itu sempat membuat nyali Abu Thalib ciut .
Dia menemui Rasulullah ﷺ, "Wahai kemenakanku! Kaummu telah mendatangiku dan mengatakan begini dan begitu.
Karena itu, berdiamlah , demi kemaslahatanku dan dirimu sendiri . Janganlah engkau membebaniku dengan sesuatu yang tidak mampu aku lakukan!"
Nabi saw mengira bahwa hal itu pertanda pamannya telah mengucilkan dan tidak mampu lagi memberikan perlindungan bagi dirinya.
"Wahai pamanku! Demi Allah! Andai kata mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya, atau aku binasa karenanya , aku tidak akan meninggalkan dakwah ini."
Rasulullah saw lalu berdiri dan bersiap untuk pergi . Melihat itu, sang paman memanggil dan menghampiri beliau .
"Pergilah wahai kenmenakankul Karakarilah apa yang engkau suka. Demi Allah! Aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada siapa pun!"
Abu Thalib lalu merangkai bait syair,
"Demi Allah! Mereka semua tidak akan dapat menjamahmu, hingga aku terkubur bertantalkan tanah.
Berterang-teranganlah dengan urusanmu, tiada cela bagimu bergembira dan bersukacitalah dengan hal itu."
B. Kaum Quraisy Kembali Menemui Abu Thalib
Kaum Quraisy melihat Rasulullah ﷺ masih terus melakukan aktivitasnya. Mereka pun mengetahui bahwa Abu Thalib akan terus melindungi kemenakannya itu.
Sebagai upaya untuk membujuk, mereka membawa Imarah bin al-Walid bin al-Mughirah kepada Abu Thalib.
"Wahai Abu Thalib! Ini adalah seorang pemuda yang paling rupawan dan tampan di kalangan Quraisy.
Ambillah dia, dan engkau dapat berbuat sesukamu terhadapnya, mengikatnya atau membelanya, engkau bisa menjadikannya anakmu.
Namun, serahkan keponakanmu yang telah menentang agamamu, agama nenek moyangmu, dan memecah belah kaummu, kepada kami untuk kami bunuh.
Ini adalah barter yang adil di antara kita, satu orang untuk satu orang."
engan tegas Abu Thalib menolaknya.
"Demi Allah! Tawaran kalian itu adalah sesuatu yang murahan! Apakah kalian ingin mcaberikan kepadaku anak kalian ini agar aku beri makan untuk kepentingan kalian, sementara aku memberikan anakku untuk kulian bunub? Demi Allah! Ini tidak akan pernah terjadi."
"Demi Allah! Wahai Abú Thalib! Kaummu telah berlaku adil terhadapmu dan berupaya untuk membebaskanmu dari hal yang tidak engkau sukai. Jadi, apa yang membuatmu tidak mau mencerima sesuatu pun dari tawaran mereka?" kata al-Muthim bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf.
"Demi Allah! Kalian tidak berbuat adil terhadapku. Namun, kalian telah bersepakat menghinakanku dan memengaruhi kaum Quraisy untuk memusuhiku.
Oleh sebab itu, lakukanlah apa yang ingin kalian läkukan!" jawab Abu Thalib. (Ibnu Hisyam).
C. Penganiayaan pada Rasulullah ﷺ Di Makkah
Rasulullah ﷺ hanya ditemani sebagian kaum Muslim yang tidak ikut ke Habasyah.
Mereka adalah golongan terpandang sehingga mendapat perlindungan.
Meski demikian, mereka terap menyembunyikan keislaman dan menjauh dari pandangan orang-orang musyrik.
Sedangkan, Rasulullah ﷺ sendiri tetap melakukan shalat di depan mata orang-orang musyrik meski jiwanya terancam.
Suatu saat, "Utbah bin Abi Lahab mendatangi Rasulullah saw. Di hadapan Nabi saw, Utbah berbicara dengan lantang.
Aku mengingkari firman Allah.
Demi bintang ketika terbenam. (QS. an-Najm 53: 1).
Tak puas hanya dengan berbicara, 'Utbah langsung menghampiri Nabi ﷺ untuk merobek baju dan meludahi wajahnya. Nabi ﷺ tak dapat berbuat banyak. Tubuhnya terdesak. Nyawanya serancam.
Di saat-saat genting itulah, pertolongan Allah datang. Nabi Muhammad saw selamat.
Setelah lolos dari maut, beliau berdoa.
"Ya Allah! Kirimkanlah kepadanya seekor anjing dari anjing-anjing (ciptaan-Mu) untuk menerkamnya."
Doa Nabi Akhir Zaman itu dikabulkan Allah. Suatu hari, 'Utbah pergi bersama beberapa orang Quraisy ke suaru tempat dan singgah di az-Zara', Syam.
Hari beranjak malam. Gulita memayungi 'Utbah dan rekan-rekannya. Di sckeliling rombongan itu banyak anjing yang berkeliaran." Utbah panik.
"Wahai saudaraku! Sungguh celakal, demi Allah inilah pemangsaku sebagaimana yang didoakan oleh Muhammad atasku.
Dia membunuhku padahal sedang berada di Makkah, sedangkan aku di Syám," teriak "Utbah kepada rekan-rekannya dengan penuh ketakutan.
Anjing-anjing itu terus mengelilingi "Utbah. Sejenak kemudian, mcreka mendekati 'Utbah yang sedang dicekam ketakutan luar biasa.
Secepat kilat, anjing-anjing itu melompat ke arah 'Utbah. "Utbah gelagapan dan tidak kuasa menghindar.
Kepalanya dicengketam kuat olch anjing-anjing itu. Tidak lama, "Utbah pun mati. (at-Isti'ab wa al-Ishabah, wa Dalail an- Nubuwwah, serta Mukhtashar Sirah, Syaikh 'Abdullah).
Nabi ﷺ juga pernah dianiaya 'Uqbah bin Abi Mu'ith. Saat Rasulullah saw sedang khusyuk shalat, tiba-tiba datang "Uqbah dengan wajah penuh dendam.
Kakinya segera diangkat dan langsung diarahkan ke pundak Nabi ﷺ yang sedang sujud. Cucu 'Abdul Muthallib itu kaget, tidak menduga akan mendapat serangan keji seperti itu.
Rasa sakir beliau rasakan akibat injakan yang dilakukan 'Uqbah. (Mukhtashar).
D. Ketika Jiwa Rasulullah ﷺ Di Ujung Tanduk
Suasana mencekam terjadi di Hijr Sismail, Ka'bah. Jiwa nabi Muhammad ﷺ dałam bahaya. Kaum Quraisy yang sedang berkumpul di sana mengepung Nabi saw.
Mereka bergerak mengelilingi Rasul sambil berteriak-teriak keras. Tiba-tiba salah satu di antara mereka bergerak maju mendekati Muhammad ﷺ.
Tangannya langsung memegang pakaian Nabi saw dan melilitkannya ke leher Rasul, serta menariknya dengan kencang.
Nabi ﷺ tercekik. Jiwa manusia agung itu di ujung tanduk. Kaum Quraisy semakin bersemangat melihat Nabi ﷺ tak berdaya.
Di saat kritis itulah Abu Bakar datang, la berlari kencang menghampiri Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar segera melepaskan pakaian yang melilit leher Rasulullah saw. Abu Bakar tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
la menangis melihat kondisi Nabi ﷺ. Apakah kalian akan membunuh seseorang lantaran dia mengatakan, "Rabku adalah Allah? (QS. Ghâfir 40: 28).
Abu Bakar mengatakan itu kepada kaum Quraisy yang masih berkerumun.
Ibnu 'Amr berkata, "Sungguh pemandangan itu merupakan perlakuan paling kasar yang pernah kulihat dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap beliau." (Ibnu Hisyam).
Baca Juga: Kisah Bilal Bin Rabbah Dan Sahabat Dianiaya
Penulis&Artikel: faktaislam.com
Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk.
Kol: MagfiraPustaka