Skip to main content

Jumblah Korban Pasukan Muslim Dan Pasukan Musyrik Pada Perang Uhud #Last Part

Jumblah Korban Pada Perang Uhud

Pasukan Muslim yang tersisa turun dari bukit mencari rekan-rekannya yang terluka dan memakamkan yang terbunuh. Sebagian di antara mereka membawa pasukan Muslim yang syahid ke Madinah. 

Namun, Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk mengembalikannya ke tempatnya terbunuh. Rasulullah saw menguburkan mereka dengan pakaian yang melekat di badannya, tanpa dimandikan dan tanpa dishalatkan. 

Dalam satu lubang dikuburkan dua atau tiga orang. Bahkan ada dua orang yang digabungkan dalam satu lembar kain. 

Baca Part #1 Rasulullah ﷺ Bermimpi Akan Kerugian Dalam Perang Uhud Sebelum Berangkat Ke Medan Peperangan

Di antara kedua jenazah diletakkan daun. Rasulullah saw mendahulukan orang yang lebih banyak hafalan al-Qur'annya ke dalam liang lahat. 

Rasulullah saw berkata, "Aku akan menjadi saksi bagi mereka pada Hari Kiamat." (Fathul Bari). 

Dalam Perang Uhud ini terdapat sekitar 22 atau 37 orang musyrik terbunuh, sedangkan dari kaum Muslim sebanyak 70 orang (41 dari suku Khazraj dan 24 suku Aus, serta 4 orang Muhajirin dan satu orang Yahudi). 

Ada pula yang menyebutkan selain ini. (Fathul Bari). 

Kembali ke Madinah 

Pemakaman para syahid dilakukan. Angin duka berembus, kesedihan di gurun pasir yang tandus menyengat. 

Setelah selesai pemakaman, Rasulullah saw dan kaum Muslim kembali ke Madinah diiringi duka mendalam. 

Para wanita yang kerabatnya terbunuh keluar dari Madinah. Mereka bertemu dengan Rasulullah saw di perjalanan. Beliau mengucapkan belasungkawa dan mendoakan mereka. 

Di antara mereka ada seorang wanita dari Bani Dinar. Suami, anak, dan saudaranya terbunuh dalam Perang Uhud. Ketika diberitakan tentang kematian mereka, wanita itu justru bertanya tentang kondisi Rasulullah saw. 

"Alhamdulillah, sesungguhnya dia berada dalam keadaan yang kau sukai!" kata para sahabat. 

Wanita itu tak percaya. "Perlihatkan dia kepadaku!" katanya. Para sahabat memberikan isyarat kepadanya. 

Ketika melihat Rasulullah saw wanita itu berkata "Semua musibah selainmu adalah kecil." (Ibnu Hisyam)

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di Madinah. Sepanjang malam mereka menjaga kota Madinah. Mereka juga selalu menjaga Rasulullah saw meski tubuh mereka dalam keadaan luka dan letih.

Ini dilakukan selain karena kecintaan mereka kepada Rasulullah saw juga disebabkan permintaan Nabi Akhir Zaman itu. 

Beliau meminta mereka terus melakukan pengawasan terhadap musuh. Tujuannya agar setiap saat dapat mengetahui kedatangan mereka dan langsung mencegatnya di lapangan perang. 

Kekalahan dalam Perang Uhud juga berdampak luar biasa bagi sisi psikologis kaum Muslim. Semangat juang mereka turun drastis. 

Kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum Yahudi Madinah. Mereka mulai merusak perjanjian dengan kaum Muslim dan membuat perjanjian baru dengan kaum kafir Quraisy. 

"Kalian telah kalah karena kalian tidak becus bermusyawarah," kata orang-orang Yahudi kepada para sahabat. Perkataan itu mulai berpengaruh, para sahabat saling bertanya, 

"Bagaimana kita bisa kalah, padahal Rasulullah saw bersama kita? Di manakah para malaikat itu?" Lalu diturunkanlah ayat al-Qur'an tentang musyawarah:

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada Perang Ubud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuhmusuhmu (pada Perang Badar), kamu berkata, "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran (3: 165) 

Di manakah para malaikat? 

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, hatimu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Ali Imran 3: 126) 

Pribadi Rasulullah saw: 

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 3: 159) 

Membangun Semangat Juang:

Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syahid. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali `Imran 3: 139-41) 

Juga firman-Nya:

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (QS. an-Nisa 4: 104) 

Turunnya ayat-ayat tersebut membuat para sahabat mulai bisa menerima kekalahan. Semangat juang mereka pun kembali bergelora.


Editor: Faktaislam.com 

Ref: DR.Ahmad Hatta, MA. dkk. 

Kol: MagfiraPustaka

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar